Wanagama merupakan hutan pendidikan yang didirikan pada tahun 1964 oleh civitas akademika Universitas Gadjah Mada terutama menjadi ladang Tri Dharma dari Fakultas Kehutanan. Tipologi hamparan hutan dan lahan pada waktu itu kondisinya sangat kritis sehingga dikenal batu bertanah. Keputusan akademik yang mendalam pada waktu itu sehingga melalui rehabilitasi hutan dan lahan kritis fungsi hutan terbangun kembali. Keberhasilan rehabilitasi Wanagama ini tidak lepas dari kolaborasi dengan masyarakat sekitar. Modal sosial mampu dibangkitkan dan memberikan kontribusi yang sangat nyata dalam pembangunan rehabilitasi di Wanagama. Spirit agung yang membersamai pembangunan Wanagama pada waktu itu yaitu membangun hutan ditengah keterbatasan. Disaat SDM dan IPTEK terbatas serta finansial yang sangat lemah mampu memberikan spirit yang kuat untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis.
Keberhasilan dalam merehabilitasi hutan dan lahan kritis telah menjadikan Wanagama sebagai rujukan dalam membangun hutan kembali yang terlanjur rusak. Wanagama menjadi tempat belajar tidak hanya dari Fakultas Kehutanan UGM namun juga lainnya termasuk Universitas dari berbagai negara. Selain itu Wanagama juga sebagai wanaha pembelajaran yang sangat atraktif lintas generasi mulai dari TK-SMA sederajat.
Dalam upaya mendorong pengelolaan Wanagama yang terus memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan di Indonesia maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia memperpanjang ijin pengelolaan Wanagama melalui SK 493/Menlhk-Setjen/2015 sebagai KHDTK dengan luasan 622,25 ha. Atas dasar fungsi edukasi di ini maka Wanagama di arahkan menjadi Eco Edu Forest (WG-Eco Edu Forest).
Penguatan mandat WG-Eco Edu Forest selain dilakukan melalui pembelajaran kitab ekologi di Petak 5, Stasiun riset Wanagama juga dilakukan dengan meningkatkan dukungan wahana pembelajaran yang atraktif salah satunya melalui Wanagama Paksi. Keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Wanagama telah memberikan dukungan terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Berdasarkan pengamatan di Wanagama ada 37 macam burung dan 10 macam jenis binatang lain. Upaya konservasi keanekaragam hayati ini terus dilakukan salah satunya dengan mendorong Wanagama sebagai Pembelajaran Konservasi.
Wanagama Paksi dibangun di Petak 16 atas dukungan para pihak yaitu Gunma Safari Park dari Jepang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Taman Safari Indonesia (TSI), Yayasan Alumni Fakultas Kehutanan Angkatan 1975 (Yayasan Toemo Silva Gama) dan Kebun Binatang Gembira Loka. Wanagama Paksi saat ini berupa bangunan dome yang berisi puluhan jenis burung sebagai media pembelajaran yang atraktif tentang konservasi keanekaragaman hayati Indonesia. Ke depan berbagai inisiasi pendidikan konservasi keanekaragaman hayati akan dikembangkan disini untuk mendukung Wanagama Eco Edu Forest.
Acara pada hari ini yaitu soft launching Wanagama Paksi yang dihadiri oleh Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Presiden Gunma Safari Park, Dirjen KSDAE KLHK, Direktur Taman Safari Indonesia, Direktur Gembira Loka dan Komisaris dan Pengurus Yayasan Toemo Silva Gama. Acara ini ditandai dengan tandatangan Prasasti Komitmen Bersama untuk Pendidikan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia, pelepasan burung dan penanaman Gaharu. Selain itu juga pemberian bantuan pendidikan oleh Tomioka Kabura Rotary Club kepada SD Banaran I, Gunungkidul.