Halo sahabat wanagama!
Sahabat pasti tentu sudah familiar dengan kain bermotif yang dikenal dengan nama ecoprint bukan? Penamaan kain bermotif alam ini berasal dari kata eco dan print. Eco dikonotasikan dari kata ecosystem (alam) dan kata print (mencetak). Betul sahabat, ecoprint merupakan sebuah proses untuk mentransfer atau mereplika warna serta motif dari tumbuhan pada kain secara langsung.
Eco print berperan dalam mendukung Eco Fashion (Fashion Ramah Lingkungan) Indonesia karena mendukung lingkungan yang lebih sehat, bersih dan seimbang loh. Ecoprint menggunakan bahan-bahan organik melalui pewarna alam serta serat alam berupa serat protein (sutra, wool, kasmir) dan selulosa (katun, linen, nanas, goni, kulit kayu, lantung & tencel). Maka dari itu sahabat disarankan untuk tidak memakai kain dari serat sintesis seperti polyester, nylon dan akrikil karena material ini memiliki serat plastik yang mana ketika dicuci meninggalkan mikroplatik yang berakhir di laut.
Bahan ecoprint berasal dari berbagai jenis tanaman yang dapat ditemukan di sekitar kita. Mulai dari daun, bunga hingga rating yang memiliki motif yang khas sehingga kain memiliki nilai unik dan ekslusif karena motif berbeda antara satu dengan lainnya. Motif yang dituang dalam fashion membuat semakin tampil elegan dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi acara. Koleksi produk berupa kemeja, kaos, blus, dress, scarf, rok, totebag, masker, dompet hingga tas.
Produk Ecoprint Semilir (Instagram)
Ecoprint sebagai identitas Indonesia dengan berbagai corak khas tanaman tropis
Indonesia sebagai hutan tropis terbesar ketiga di Dunia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. Flora di wilayah Indonesia termasuk bagian flora dari Malesiana yang diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40%-nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia (Whitemore, 1986). Keanekaragaman tumbuhan Indonesia yang terletak di bawah garis khatulistiwa banyak tidak ditemukan di tempat lain. Hal ini menjadi peluang untuk dapat diperkenalkan ke kancah Internasional, terlebih beberapa tanaman endemik Indonesia sedang mengalami kepunahan. Walau tidak menjadi bahan ecoprint, promosi ecoprint Indonesia dapat sekaligus menjadi wadah dalam mengampanyekan jenis langka indonesia sebagai upaya konservasi,
Lahirnya Ecoprint Wanagama
Wanagama sebagai hutan pendidikan dengan luas 622,25 Ha memiliki jenis tanaman baik asli maupun hasil eksplorasi nusantara. Dengan adanya potensi ini maka dibentuklah tim untuk menggali potensi keanekaragaman demi mendukung eco-fashion Indonesia. Tim berasal dari mahasiswa yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang mengambil peran untuk ikut memberdayakan masyarakat sekitar hutan melalui ecoprint, salah satunya melibatkan Karang Taruna Desa Banaran sebagai sasaran target. Departemen Teknologi Hasil Hutan ikut andil mendukung ecoprint dengan melakukan penelitian pewarna alam yang berpotensi di Kawasan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanagama serta melibatkan Semilir sebagai fasilitator dalam pelatihan praktik ecoprint.
Langkah yang ditempuh yaitu melalui pengumpulan database daun pada 30 Mei 2021 di Petak 5 dan 17 . Selanjutnya daun dibawa ke Labolatorium Hasil Hutan Non Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada untuk diketahui jenis-jenis peforma daun yang baik untuk ecoprint serta pembuatan katalog sample ecoprint tiap daun. Setelah data awal sudah dikumpulkan tim mengadakan Webinar Pelatihan Dasar Ecoprint pada hari Minggu, 6 Juni 2021 sebagai upaya sosialisasi ecoprint wanagama ke khalayak umum.
Gambar 1. Eksplorasi dan Hasil Ecoprint
Alfira Oktaviani sebagai pembicara merupakan founder dari Semilir, salah satu brand dari produk fashion yang berlokasi di Sleman, Yogyakarta. Semilir mengusung konsep sustainable fashion yang sangat memperhatikan dampak lingkungan dan kesejahteraan ekonomi dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Semilir dipilih sebagai mitra karena prestasinya dalam menekuni ecoprint. Semilir telah memenangkan Juara 1 Lomba rancang aksesoris Sleman Fashion Festival 2019, Juara 2 Festival Kreatif Lokal (fashion) dan Juara Innovating Jogja 2020. Dalam kesempatan Pelatihan Dasar Ecoprint Alfira menjelaskan mengenai pengenalan umum ecoprint, keluaran produk yang bisa dihasilkan, tanaman yang umum digunakan sebagai bahan, alat yang perlu disiapkan, teknik ecoprint, serta penanganan limbah.
Gambar 2. Proses Ecoprint
Antusias peserta sangat tinggi terbukti dengan jumlah peserta yang hadir yaitu sebanyak 96 orang dan aktif dalam diskusi. Selain itu, peserta yang berasal dari luar target sasaran Program Kreativitas Mahasiswa Karang Taruna Desa Banaran mengusulkan untuk mengikuti workshop offline di Rumah Kemitraan KHDTK Wanagama yang diadakan sebagai bagian rangkaian kegiatan. Harapannya rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim dapat menyumbang ilmu pengetahuan baru mengenai jenis tanaman penghasil ecoprint untuk Indonesia.
Gambar 3. Dokumentasi Pelatihan Dasar Ecoprint
Sahabat, kamu juga bisa loh mencoba kegiatan ini di akhir pekan. Selamat mencoba! Try and try, then you’ll find more treasure.
Bingung daun apa saja yang bisa digunakan untuk ecoprint? Silahkan tonton video di bawah ini ya!
Whitemore TC, Sidiyasa K. 1986. Composition and structure of a lowland rain forest at Toraut, Northern Sulawesi. Kew Bull 41: 747-756.
Terimakasih untuk informasinya,
Menghargai keanekaragaman budaya dan kekayaan alam hutan tropis Indonesia bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan kebutuhan