Mengenal Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanagama
WANAGAMA merupakan hutan pendidikan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan UGM sesuai SK 493/Menlhk-Setjen/2015 dengan luasan 622,25 Ha. Wanagama terbagi menjadi 8 petak yang membujur dari barat ke timur mulai dari petak 5, 6, 7, 13, 14, 16, 17, 18. Wanagama secara administratif terletak dalam wilayah Kecamatan Playen dan Patuk Gunung Kidul.
Pada awal pembangunannya, Wanagama merupakan bukit gundul yang dikenal dengan istilah "batu bertanah" (bukan tanah berbatu) yang menjelaskan betapa tandus dan keringnya kondisi saat itu. Awal kehidupan dimulai ketika tim dari Fakultas Kehutanan UGM melakukan kegiatan penghijauan "pembelukaran" dengan menanam sebanyak mungkin jenis tanaman pionir. Harapannya tanaman mampu bertahan hidup, beregenerasi, memperbaiki kondisi tanah, tata air, dan iklim mikro yang memungkinkan bagi flora dan fauna lain untuk mengawali kehidupannya.
Fungsi Hutan Pendidikan Wanagama I
Wanagama merupakan sebuah ekosistem yang unik. Wanagama memiliki berbagai bentuk topografi, lapisan batu, jenis tanah, sistem hidrologi, iklim mikro, tumbuhan, satwa, plot pertanaman uji, serta interaksi sosial ekonomi dengan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan potensi tersebut Wanagama dapat berfungsi sebagai:
Pusat pendidikan lingkungan
Pendidikan lingkungan yang terbuka bagi masyarakat luas, institusi pendidikan, pecinta alam, pemerhati lingkungan, lembaga pemerintah, dan perusahaan swasta baik dari dalam maupun luar negeri
Taman ilmu pengetahuan
Taman ilmu pengetahuan dengan narasumber berkompeten serta sumber alam untuk bahan penelitian, pelatihan dan pengetahuan. Mulai terkait tumbuhan, satwa, tanah, batuan bumi, kemasyarakatan, serta tempat praktek di alam terbuka
Wisata alam
Nuansa alam dan sumber air yang indah yang dilengkapi fasilitas berkemah, jalan santai, tracking, jogging, bersepeda, penginapan, ruang sidang, joglo, aula, ruang serbaguna, kantin, dan areal parkir
Hutan konvensi
Hutan yang menyediakan materi dan sarana untuk menunjang workshop, rapat kerja, reuni dan bersantai dengan keluarga.
Gambaran Umum
HIDROLOGI
Kawasan karst umumnya gersang dan kurang air. Terutama pada musim kemarau yang dapat berlangsung empat hingga delapan bulan. Masyarakat yang belum terjangkau jaringan air pada musim kemarau mencari air di sungai atau sumber yang ada di dalam kawasan Wanagama.
Sumber Air
Air tanah di Wanagama secara alamiah muncul ke permukaan berupa sumber air. Wanagama memiliki beberapa sumber air yang mengalir sepanjang tahun. Antara lain Mata Air Salak, Mata Air Beji, Mata Air Rara Wilis, Mata Air Gayam, dan Mata Air Tahunan di Petak 5. Mata Air Seropan dan Winongo di Petak 7. Mata Air Banyu Temumpang di Petak 13 juga Mata Air Tanjung dan Kaliyoso di Petak 1
Air Permukaan
Wanagama terbelah oleh Sungai Oyo yang mana volumenya dipengaruhi musim (intermitten). Jika musim hujan air melimpah, tapi di musim kemarau air berkurang. Air Sungai yang melalui patahan akan membentuk air terjun. Wanagama memiliki beberapa air terjun dengan berbagai ketinggian. Salah satunya banyunibo yang memiliki tinggi sekitar 20 meter.
IKLIM
Curah Hujan
Curah hujan di Kawasan Wanagama 1.900 milimeter per tahun. Pada bulan kering curah hujan kurang dari 60 milimeter per bulan, berlangsung antara dua hingga enam bulan dalam setahun. Sedangkan jumlah hari hujan rata-rata 80 hari per tahun, dari Oktober hingga April. Curah hujan tertinggi pada Desember sampai Februari, rata-rata 200 milimeter per bulan. Jumlah hari hujan pada bulan-bulan tersebut antara 10 sampai 24 hari per bulan. Dalam klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Wanagama masuk Tipe Iklim C.
Suhu udara
Suhu udara mempengaruhi penguapan oleh tanah dan tanaman (transpirasi) dan berdampak pada kandungan air di permukaan dan di dalam tanah. Suhu udara rata-rata 27,7 derajat Celcius. Suhu udara minimum 23,1 derajat Celcius dan suhu udara maksimum 32,4 derajat Celcius.
Kelembaban Udara
Kelembaban udara di Gunungkidul rata-rata antara 80 hingga 90 persen. Kelembaban tertinggi pada bulan Januari hingga Maret. Kelembaban udara terendah pada bulan Agustus hingga September
Tekanan Udara
Tekanan udara rata-rata 1.094,06 mbs. Tekanan udara rata-rata minimum 1.005,29 mbs. Tekanan udara rata-rata maksimum 1.112,90 mbs.
Kecepatan Angin
Kecepatan angin rata-rata 11,75 knot. Kecepatan angin rata-rata minimum 6,17 knot. Kecepatan angin rata-rata maksimum 19 knot.
GEOLOGI
Tanah
Sebagaian besar lahan di Wanagama mempunyai solum (ketebalan tanah) dangkal atau tipis, kurang dari 10 hingga 20 sentimeter. Tebal dan tipisnya solum berpengaruh pada proses daur ulang bahan-bahan organik dalam tanah. Tanah di Wanagama berbatu cadas (lithic troporten atau lithosol dan rendoll lithic rendzinas atau entisol.
Karst
Batuan di kawasan Wanagama termasuk jenis karst. Karst adalah bentangan alam yang berkembang dari batuan yang mudah larut, terutama batuan gamping (CaCO3) yang mengalami kartifikasi. Batuan gamping yang tahan larut akan menjadi bukit sedangkan bagian yang mudah larut di bawah permukaan membentuk ruang. Ruang tersebut berkembang menjadi goa dan sungai bawah tanah.
Fisiografi
Wanagama masuk dalam Plateau Wonosari dengan topografi secara umum datar serta bagian yang berbatasan dengan fisiografi lain memiliki permukaan bergelombang (undulating) dengan elevasi tertinggi 400 mdpl. Batuan penyusun berupa sedimen karbonat dengan kemiringan lapisan 2 sampai 10 derajat
Stratigrafi
Seluruh batuan Gunungkidul berumur tersier, sekitar enam juta tahun yang lalu, dan masuk dalam Pegunungan Selatan. Litologi penyusunnya berupa batu gamping (limestone), karang (reef), batu gamping kristalin, batu gamping koral, batu gamping lempung dengan horison eolithic dan calcarenite, dengan ketebalan rata-rata 800 meter. Umur geologi batuan antara Zaman Miosen hingga Pliosen. Batuan ini membentuk bukit karst (gamping atau kapur), yang dikenal dengan Gunung Sewu (Pegunungan Seribu)
Struktur Geologi
Pegunungan Selatan Yogyakarta mengalami pengangkatan dan membentuk Gean-tiklin Jawa pada Zaman Plesitosen Tengah. Proses teknonik tersebut menghasilkan beberapa sesar (patahan), dengan berbagai jenis dan arah. Kawasan Wanagama termasuk geologi Sinklin Playen (Barat Wonosari) dengan arah sumbu hampir barat-timur. Pola struktur geologi tersebut tampak pada kelurusan morfologi kawasan topografi karst batuan Wonosari. Kelurusan tersebut menyebabkan terbentuknya goa karst, luweng, dan sungai bawah tanah. Di Kawasan Wanagama terdapat goa yang bagian luarnya sempit tetapi di dalamnya terdapat stalaktit dan stalagmit. Bagian goa sering untuk bermeditasi pengunjung, dan merupakan sarang landak Jawa (Hystix javanica).
Konsistensi tanah
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi antara partikel tanah dan daya adesi antara partikel tanah dengan benda lain misalnya besi (cangkul, gancu, bajak) atau kayu (tugal). Tanah yang mempunyai konsistensi baik mudah diolah dan tak melekat pada alat pengolah tanah. Tanah di wanagama sukar diolah karena pada keadaan kering tanah keras dan saat basah tanah lengket. Hal ini dapat dikurangi dengan mencampurkan bahan organik berupa kompos/ pupuk kandang/ pupuk hijau ke dalam tanah.
Kimia Tanah
Hutan Wanagama memiliki kandungan dan cadangan unsur hara esensial yang tinggi. Tanah berasal dari batu gamping hasil pengangkatan dasar laut. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya fosil karang. Wanagama terletak di daerah curah hujan tak terlalu tinggi yang mana logam alkali (Ca, Mg, K, dan Na) tak banyak larut oleh hujan. Tanah bereaksi netral, sedikikit basa (alkalis) dengan pH H2O antara 6 hingga 8. Kejenuhan basa cukup tinggi, lebih dari 60 persen.
Flora dan Fauna
Kawasan karst umumnya kering dan gersang sehingga keanekaragaman jenis flora dan fauna khas (spesifik). Flora yang tumbuh di hutan wanagama selain pepohonan terdapat juga jenis paku-pakuan, epifit dan berbagai jenis perdu dan rumput. Hutan Wanagama memiliki paling sedikit 170 jenis tumbuhan dan 7 jenis bambu serta 47 jenis burung dan 17 jenis herpetofauna. Binatang yang biasa hidup di goa-goa kawasan karst umumnya ular, kelelawar, burung walet, burung sriti, landak, musang.
Sumber
Anonim.P 2000a. Laporan Akhir Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Penghijauan Selama Pelita I di Kabupaten Gunung Kidul. Kerjasama Dinas Kehutanan Kabupaten Gunung Kidul dengan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Anonim. 2000b. Laporan Akhir Pengkajian Peruntukan Lahan untuk Arboritum. Kerjasama antara Bapelda Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Permadi, Dwiko Budi., Mukhlison., Handojo H.N., Ratih S., Bekti L., Satria G. 2019. Laporan riset aksi partisipatoris pengembangan wanagama eco edu forest tahun 2020-2025. Fakultas Kehutanan Universitas gadjah mada
Pramoedibyo., Oemi Haniin Suseno., Haryono Supriyo., Soekotjo., M. Naiem dan Untung Iskandar. 2004. Dari Bukit-bukit gundul sampai ke WANAGAMA I. Yayasan Sarana Wana Jaya. Yogyakarta
FAO/UNESCO. 1977. Guidelines for soil profile description. 2nd ed. Soil Resources Development and conservation service land and water development division, Rome. Italy.
Soil Survey Staff, 1990. Keys to Soil Taxonomy. Agency for International Development USDA Soil enrichment Support Services. SMSS Technical program No. 19 4th. Virginia Polytechnic Institute and University.
Supriyo. 1922. Mineralogy and chemistry of some soils from java and Kalimantan, Indonesia. Thesis, Ehime University, Japan
Surtanto, R. 1988. Mineralogy, Charge properties, and classification of soils on volcanic materials and limestone in central java Indonesia. The thesis university of Ghent Belgium.
Peta Tanaman KHDTK Wanagama
No | Jenis | Nama lokal | Tahun tanam | Keterangan | Petak |
---|---|---|---|---|---|
1 | Eucalyptus alba | 1993 | Uji progeni | 18 | |
2 | MPTS | Uji progeni | 18 | ||
3 | Cassia siamea | Johar | 1995 | Uji progeni | 18 |
4 | Melaleuca leucadendron | Kayu putih | 1995 | Uji progeni | 18 |
5 | Acacia mangium | Mangium | 1994 | Uji progeni | 18 |
6 | Azadirata indica | Mimba | 1995 | Uji progeni | 18 |
7 | Morus sp. | 1994 | Breeding | 18 | |
8 | Acacia sp | 1994 | Uji spesies | 18 | |
9 | Duabanga moluccana | Magas, sawik, binuang laki | 1995 | Uji provenan | 18 |
10 | Eucalyptus pellita | 1995 | Uji provenan | 18 | |
11 | Tectona grandis | Jati | 1995 | Uji provenan | 18 |
12 | Acacia crasicarpa | 1994 | Uji progeni | 18 | |
13 | Acacia leptocarpa | 1994 | Uji progeni | 18 | |
14 | Tectona grandis | Jati | 1994 | Uji provenan | 18 |
15 | Acacia mangium | Mangium | 1983 | Tegakan benih | 16 |
16 | Acacia sp. | 1983 | Uji spesies | 16 | |
17 | Eucalyptus urophylla | Uji progeny | 16 | ||
18 | Eucalyptus urophylla | Uji provenan | 16 | ||
19 | Tectona grandis | Jati | Agroforestry | 16 | |
20 | Gmelina arborea | Jati putih | 16 | ||
21 | Acacia mangium | Mangium | Uji provenan | 16 | |
22 | Tectona grandis | Jati | Uji progeni | 16 | |
23 | Eucalyptus urophylla | Uji altitudinal | 16 | ||
24 | Kayu bakar | Uji spesies | 16 | ||
25 | Eucalyptus sp. | 1994 | Breeding | 16 | |
26 | Santalum album | Cendana | 1994 | Uji progeni | 16 |
27 | Eucalyptus sp. | Eucalyptus | Uji spesies | 16 | |
28 | Eucalyptus sp. | Eucalyptus | 1994 | Tanaman demonstratif breeding | 16 |
29 | Eucalyptus grandis | 1995 | Uji provenan | 16 | |
30 | Tectona grandis | Jati | 1993 | Uji progeni | 16 |
31 | Swietenia sp. | Mahoni | 1993 | Uji progeni | 16 |
32 | Konservasi plasma nutfah | 16 | |||
33 | Santalum album | Cendana | 16 | ||
34 | Acacia mangium | Mangium | 1992 | Uji provenan | 14 |
35 | Acacia mangium | Mangium | 14 | ||
36 | Eucalyptus deglupta | 14 | |||
37 | Tectona grandis | Jati | 14 | ||
38 | Eucalyptus pellita | Uji progeni | 14 | ||
39 | Tectona grandis | Jati | 1983 | Uji progeni | 14 |
40 | Tectona grandis | Jati | 1983 | Uji provenan | 14 |
41 | Araucaria cuninghamii | Araucaria | 1995 | 14 | |
42 | Winrok | 14 | |||
43 | Leucaena leucocephala | Lamtoro | 1993 | Uji varietas | 14 |
44 | Pos pengamatan curah hujan | 14 | |||
45 | Moringa oleifera | Kelor | 14 | ||
46 | Acacia auriculiformis | Auri | 1992 | Uji progeni | 14 |
47 | Gliricidia sepium | Gamal | 1993 | Uji progeni | 14 |
48 | Eucalyptus deglupta | 1992 | Uji provenan | 14 | |
49 | Gliricidia sepium | Gamal | 1993 | Uji klon | 14 |
50 | Paraserianthes falcataria | Sengon | 1991 | Uji progeni | 14 |
51 | Gmelina arborea | 1993 | 14 | ||
52 | Contoh HTI a) 1987-1993 b) 1994-1995 c)1995 | 14 | |||
53 | Eucalyptus deglupta | 1992 | Uji progeni | 14 | |
54 | Melia azedarach | Mindi | 1992 | Uji progeni | 13 |
55 | D. celebica | 1995 | Uji provenan | 14 | |
56 | D. celebica | 1995 | Uji pronenan | 5 | |
57 | Gardu jaga | 5 | |||
58 | Pembenihan | 5 | |||
59 | KEEC | 5 | |||
60 | Tectona grandis | Jati | 1967 | 5 | |
61 | Santalum album | Cendana | 5 | ||
62 | Schleichera oleosa | Kesambi | 5 | ||
63 | Santalum album dan Swietenia sp | Cendana dan Mahoni | 5 | ||
64 | Vitex fobestum | Laban | 5 | ||
65 | Pinus merkusii | Pinus | 5 | ||
66 | Asrama cendana | 5 | |||
67 | Tectona grandis | Jati | 5 |