Sejarah
6 dasa warsa
1960
Kondisi Wanagama tahun 1960 yang masih merupakan lahan kritis dan kerap disebut sebagai batu bertanah.
2020
Setelah 6 Dasa Warsa (1960-2020) upaya penghijauan lahan kritis, Wanagama saat ini telah berubah menjadi hijau dan dapat memberikan manfaat yang luas.
Inisiasi rehabilitasi lahan kritis di Gunungkidul dimulai tahun 1960an. Waktu itu Fakultas Kehutanan UGM bersama Dinas Kehutanan memulai kegiatan rehabilitasi dengan budidaya ulat sutera. Nama Wanagama muncul pertama kali pada 10 Juli 1966 ketika Fakultas Kehutanan UGM diberi hak kelola lahan seluas 10 Ha di petak 5 untuk budidaya murbei (Morus sp.) sebagai pakan dari ulat sutera. Keberhasilan Wanagama diapresiasi dalam bentuk penambahan luasan wilayah pengelolaan menjadi 79,9 Ha pada tahun 1967. Sekali lagi, Wanagama mengalami penambahan luasan hingga 599,9 Ha pada 3 Maret 1982. Seterusnya Wanagama terus berkembang hingga saat ini menjadi hutan pendidikan "Wanagama Science Eco-Edu Forest"
Wanagama mungkin tidak akan sama seperti saat ini tanpa jasa para perintis Wanagama. Dr. Soedjarwo merupakan Kepala Dinas Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta kala itu bersama-sama dengan rimbawan perintis Wanagama lainnya Prof. Ir. Soedarwono H., Ir. R.I.S. Pramoedibjo, Prof. Dr. Ir. Oemi Hani'in, Ir. Darmakoem Darmakoesoemo, Ir. Pardiyan, Prof. Dr. Ir. Soekotjo, dan Ir. Tri Setiyo mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, dan finansial untuk membangun hutan pendidikan Wanagama mulai dari awal. Dari ke delapan rimbawan perintis Wanagama, hanya satu perempuan, beliau adalah Prof. Dr. Ir. Oemi Hani'in. Semangatnya dalam membangun Wanagama tidak perlu diragukan lagi. Sepanjang hidupnya Prof Oemi mencurahkan segala yang dimilikinya untuk mewujudkan hutan Wanagama yang lestari.